Guru Sejarah dan Pelajar dari 19 SMA/SMK di Takalar Kunjungi Museum La Galigo

    Guru Sejarah dan Pelajar dari 19 SMA/SMK di Takalar Kunjungi Museum La Galigo

    MAKASSAR - Utusan 19 Sekolah Menengah Atas ataupun Sekolah Menengah Kejuruan (SMA/SMK) dari Kabupaten Takalar melakukan kunjungan ke Museum La Galigo di Benteng Rotterdam Makassar. Tepatnya di Jalan Ujung Pandang, Kelurahan Bulo Gading, Kecamatan Ujung Pandang, Kota Makassar pada Kamis (17/03/22).

    Adalah perwakilan peserta didik sebanyak 6 orang siswa/siswi ditambah perwakilan guru  pendamping sebanyak 2 orang. Hal itu terkonfirmasi oleh Hasnawati, selaku Ketua MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) Sejarah Kabupaten Takalar.

    Kunjungan itu kata Ibu yang disapa Hasnah, merupakan yang pertama kalinya dengan melibatkan utusan sekolah jenjang SMA/SMK se-Kabupaten Takalar. 19 sekolah yang berpartisipasi bukan hanya sekolah negeri, namun juga swasta.

    "Kami adalah rombongan perwakilan setiap sekolah SMA/SMK Kabupaten Takalar yang guru-gurunya tergabung dalam MGMP. Setiap sekolah membawa 6 utusan per sekolah 6 siswa/siswi dan 2 guru pendamping, " kata Hasnah.

    Mereka hadir terjadwal dan sudah diagendakan antara MGMP Sejarah Kabupaten Takalar bersama dengan UPT Museum dan Taman Budaya yang ada di bawah kendali Dinas Kebudayan dan Kepariwisataan Provinsi Sulawesi Selatan (Disbudpar Sulsel). Dan menjadi kegiatan pembuka yang dikerjasamakan kedua pihak.

    Betapa tidak, pada puncak peringatan Hari Guru dan Hari PGRI tahun 2021, Disbudpar Sulsel telah menjalin kerja sama dengan Dinas Pendidikan (Disdik) Sulsel, ditandai adanya Memorandum of Ourstanding (MoU). Diikuti dengan Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) atau Memorandum of Agreement (MoA) antara Kepala Cabang Dinas Pendidikan (Kacab Disdik) Sulsel Wilayah VII Jeneponto-Takalar, H Abd Rahim dengan Kepala UPT Museum dan Taman Budaya Disbudpar Sulsel, Ernawati Asikin pada 24 Februari 2022.

    "Ini merupakan tindak lanjut MoU Kepala Cabang Dinas Wilayah VII Jeneponto-Takalar dengan Pengelola Museum La Galigo, dalam hal ini Kepala UPT Museum dan Taman Budaya Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Provinsi Sulawesi Selatan. Jadi ini perdana kami di Takalar, SMA (dan SMK) di Takalar mengunjungi museum, " tegas Hasnah.

    Lanjut disampaikan, kegiatan yang diberi label "Kunjungan Museum" itu tak lain bertujuan untuk mengenalkan peserta didik akan sejarah peninggalan masa lalu. Benda-benda pusaka dan purbakala peninggalan multi era dan multi dimensi dapat ditemui di Museum La Galigo.

    "Kunjungan kami ini terkait mata pelajaran sejarah. Peserta didik dibawa untuk melihat bukti langsung keberadaan peninggalan sejarah dan budaya Indonesia, khususnya sejarah yang berkaitan dengan Sulawesi Selatan, " pungkasnya.

    Hasil kunjungan akan dijadikan pedoman untuk kunjungan berkelanjutan dari masing-masing SMA dan SMK. Tentu dengan jumlah yang lebih banyak, dia meyakini peserta didik akan lebih memahami pelajaran sejarah dengan mengetahui serta memaknai koleksi museum yang dilihatnya.

    "Insha Allah ke depannya, bahkan minggu depan ini SMA Negeri 1 Takalar itu sudah akan berkunjung secara khusus dari siswa SMA (Negeri) 1 Takalar dibawa ke museum ini. Selanjutnya nanti, termasuk pula SMA 3 Takalar sudah merancang di bulan Meisetelah lebaran, " tuturnya.

    Tak kurang dari 300 peserta didik bakal menyerbu museum yang menyimpan koleksi mulai dari zaman paleolitikum hingga era penjajahan oleh kolonial Belanda. Menurutnya, kunjungan tidak sekaligus namun secara bergelombang dan diharapkannya akan berkesinambungan.

    Selain itu, MGMP Sejarah Kabupaten Takalar juga mengagendakan untuk mengunjungi Taman Prasejarah Leang-leang yang juga kerap disebut Taman Purbakala Leang-leang yang berlokasi di Kabupaten Maros.

    Ernawati dalam sambutan pembukanya dalam seremonial penerimaan rombongan mengatakan, pihaknya membuka ruang dan kesempatan yang seluas-luasnya untuk memfasilitasi peserta didik maupun guru untuk melihat dari dekat koleksi Museum La Galigo. Diketahui museum dalam kawasan besar yang ditangani Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) itu, terdiri dari dua bangunan utama pada sisi Utara dan Selatan.

    "Kita berharap Kabupaten dan Kota lainnya di Sulawesi Selatan ini mencontohi Kabupaten Takalar. Berikutnya ini akan menyusul Kabupaten Jeneponto, " ujar Erna.

    Rombongan diterima secara resmi Kepala Disbudpar Sulsel, Muhammad Jufri di gedung yang ada di sisi Selatan. Disampaikan bahwa peserta didik dapat lebih terbuka wawasannya setelah berkunjung ke museum. Sekaligus membuktikan bahwa bangsa dan negara ini adalah bangsa yang besar, kaya akan potensi Sumber Daya Alam maupun Sumber Daya Manusia.

    Tercermin dari koleksi yang tersimpan di museum. Suku Makassar, Bugis, Toraja, dan Mandar yang mendiami Sulsel telah dikenal dunia internasional sejak dahulu karena kepiawaiannya dalam perniagaan, perekonomian, juga kebudayaan dan kesenian yang dimiliki.

    "Museum ini menyimpan benda-benda cagar budaya, benda-benda bersejarah, itu benda-bendanya artifak. Di balik itu, tentu banyak makna dan nilai-nilai kesejarahan yang harus ditransfer, diinternalisasikan pada anak-anak kita, " terang Jufri.

    Jufri meyakinkan para guru dan Kepala Sekolah yang hadir bersama Kacab Disdik Sulsel Wilayah VII Jeneponto-Takalar dan Ketua MGMP Sejarah Kabupaten Takalar bahwa Disbudpar Sulsel akan terus mengupayakan lahirnya program-program sinergitas antar OPD (Organisasi Perangkat Daerah) maupun stakeholder terkait. Dia memiliki pengalaman yang mumpuni terhadap dunia pendidikan, pasalnya lebih dari setahun Professor Psikologi itu pernah menjabat Kadisdik Sulsel.

    "Seperti berkunjung ke Museum La Galigo yang dapat kita wujudnyatakan hari ini, Alhamdulillah, mungkin Ibu/Bapak sudah ajarkan lewat pelajaran di dalam kelas, tapi dengan berkunjung langaung, melihat langsung, lalu mendapat penjelasan tambahan, tentu itu akan jauh lebih besar maknanya bagi anak-anak untuk menanamkan rasa cinta mereka terhadap kebudayaan, terhadap sejarah, " kunci dia.

    Prof Jufri menekankan, anak-anak tidak boleh melupakan sejarah dan budaya. Terlebih generasi milenium dan generasi z cenderung lebih dekat teknologi masa kini yang serba berkemajuan.

    Justru teknologi yang melingkupi kehidupan generasi muda dapat dimanfaatkan untuk melestarikan peninggalan masa lalu. Setelah kunjungan ini, Prof Jufri berharap peserta didik dari Takalar mem-viralkan ke akun media sosial mereka agar orang lain dapat berkunjung pula ke museum di masa mendatang.

    Dirinya tak lupa memberi semangat kepada ratusan peserta didik. Usai berkeliling menyaksikan koleksi museum, siswa/siswi ini mendapat pencerahan dari sang Professor sekira 15 menit. (AMBAE/***)

    Makassar sulsel
    Ryawan Saiyed

    Ryawan Saiyed

    Artikel Sebelumnya

    Menteri Suharso Dampingi Gubernur Evaluasi...

    Artikel Berikutnya

    Wakil Walikota dan Ketua TP PKK Makassar...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Nagari TV, TVnya Nagari!
    Mengenal Lebih Dekat Koperasi
    Hendri Kampai: Merah Putih, Bukan Abu-Abu, Sekarang Saatnya Indonesia Berani Jadi Benar
    PPK Tamalatea Gelar Bimtek Pemantapan Putungsura Pilkada Serentak Tahun 2024
    Hendri Kampai: Swasembada Pangan dan Paradoks Kebijakan

    Ikuti Kami